IMMANUEL - TANJUNG MEDANG
SEJARAH SINGKAT
Tanjung Medang terletak di Kecamatan Rupat Utara yang berhadapan langsung dengan Bandar Malaka (Malaysia), dan Selat Malaka sebagai pembatasnya. Jika ingin mencapai Tanjung Medang, orang harus terlebih dahulu melewati Kota Dumai, sekitar dua jam dari Kota Pekanbaru melalui jalan darat, kemudian dari Dumai perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan ‘kapal pompong’ (sejenis perahu mesin tradisional) dengan memakan waktu lebih kurang lima jam, atau dengan menggunakan ‘Speed Boat’ sekitar dua jam perjalanan.
Suku asli daerah Tanjung Medang adalah Suku Akit, yaitu penduduk asli Pulau Rupat, dan merupakan salah satu suku dari lima suku terasing di Riau. Sebelum terbentuk Pos Pelkes di Tanjung Medang ini, sesungguhnya telah dilaksanakan beberapa kegiatan pelayanan bagi warga Suku Akit oleh seorang Bintara Angkatan Laut (Bpk. John Kaliduan) yang bertugas sebagai Pengawas Pangkalan Angkatan Laut RI di Tanjung Medang.
Setelah memperhatikan serta mencermati kesempatan dan peluang yang baik tersebut, selanjutnya hal ini dilaporkan yang bersangkutan kepada atasannya, yaitu Bpk. Yoarso Tarso di Pangkalan TNI AL Dumai. Beliau juga adalah Ketua Komisi Pelayanan dan Kesaksian di Jemaat GPIB “Ekklesia” Dumai pada masa itu. Sejak itulah, bersama Pendeta/ Ketua Majelis Jemaat GPIB “Ekklesia” Dumai, Pdt. J. D. Sihite, MA melaksanakan kegiatan “Membangun Kebersamaan” yang akhirnya terwujudlah sebuah gedung Gereja yang permanen.
Gedung Gereja ini diresmikan pemakaiannya pada Perayaan Natal pada tahun 1989 oleh Pdt. J. D. Sihite, MA. Sebagai bagian dari pelayanan dan tugas panggilan Gereja, maka didirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sekitar tahun 1991 dalam asuhan Yapendik GPIB (Yayasan Pendidikan Kristen GPIB). Beberapa tahun kemudian, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan pendidikan, dibangun pula gedung sekolah Sekolah Dasar.
EKONOMI MASYARAKAT
Dibandingkan dengan suku-suku lainnya di Riau, suku Akit di Tanjung Medang termasuk masyarakat terasing yang paling berhasil secara mandiri dalam hal ekonomi masyarakat. Mereka hidup dalam perkampungan dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan tradisional, selain berladang dan berkebun.
Khususnya warga jemaat GPIB di Pos Pelkes Tanjung Medang, tingkat kehidupan ekonomi mereka rata-rata dibawah kehidupan yang layak, dengan kata lain ‘tergolong warga miskin’ karena mata pencaharian mereka hanya berkebun saja.
KEGIATAN PERIBADATAN
Sampai saat ini, jumlah warga Jemaat GPIB di Pos Pelkes Tanjung Medang adalah 24 KK atau sekitar 100 jiwa.
Kegiatan-kegiatan pelayanan, seperti: Ibadah Hari Minggu, Ibadah Keluarga, Ibadah Anak (PA & PT), serta Ibadah Persatuan Wanita berjalan dengan baik dan lancar, walaupun tingkat kehadiran warga Jemaat masih rendah.
Khusus pelayanan Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus dapat berjalan lancar dan baik setelah adanya penempatan Pendeta di Pos Pelkes oleh Majelis Sinode GPIB. Demikian juga dengan kegiatan perkunjungan ke rumah-rumah warga Jemaat berjalan dengan baik dan lancar.
DATA JEMAAT DAN PRESBITER 2024
WILAYAH PELAYANAN |
KK |
JIWA |
PENATUA |
DIAKEN |
|||
L |
P |
L |
P |
L |
P |
||
IMMANUEL - TANJUNG MEDANG |
24 |
50 |
50 |
1 |
2 |
1 |
1 |
TOTAL |
24 |
100 |
3 |
2 |
PENDETA
Nama Pendeta |
Periode Pelayanan |
~ |
~ |
Pendeta Hendra Dores S. Th |
~ |
Pendeta Ruth Sasan Kamau S. Th |
~ |
Pendeta. Mikhael Leonard Gomora Taruklabi S. Th |
2013 – 2017 |
Pendeta Surianti Tundu |
2017 – 2023 |
Pendeta Ananda Kezia Sebayang, S.Th |
2024 – Saat ini |
JADWAL IBADAH
IBADAH |
WAKTU |
IBADAH HARI MINGGU |
MINGGU – PUKUL 10.00 WIB |
IBADAH KELUARGA SEKTORAL |
RABU – PUKUL 18.00 WIB |
IBADAH PELKAT
|
MINGGU – PUKUL 08.00 WIB |